Spongebob dan Rindu

Setiap kali, kami, anak-anak Teater Langit berkumpul, setumpuk guyonan pasti akan muncul.

Dan seperti efek domino, jika satu guyonan sudah jatuh ke forum, maka guyonan yang lain segera menimpali. Susul-menyusul dan sulit dihentikan.

Tak heran, jika dalam satu jam waktu pertemuan, maka 45 menit dihabiskan untuk guyon. Baru sisanya untuk membahas hal-hal yang tidak penting: menentukan jadwal latihan, mempersiapkan cerita, siapa yang mengundang latihan, dan lain-lain dan lain-lain.

Entah kenapa saya menganggap guyon, keakraban, kebersamaan, dan kesederhanaan diantara kami menjadi hal yang lebih penting. Tapi bukankah itu yang selalu mendekatkan dan menjadi kenangan tak terlupakan?

Saat berkumpul itu, tiba-tiba saja kami berubah menjadi grup Srimulat yang tak pernah kehabisan stok humor.

Mulai gaya humor srimulatan, meniru langgam bahasa daerah-daerah atau meniru gaya bicara ABG alay. Semua jadi menu guyonan yang segar. Seingat saya Reza yang paling mahir menirukan gaya alay ini. (Tapi sampai sekarang saya belum yakin kalau Reza hanya berakting saat melakukan gaya alay tersebut).

Satu guyonan yang sering diulang-ulang di awal-awal adalah guyonan ala Spongebob.

“Tenang, Patrick, yang kita butuhkan adalah ima-jina-si.”
Tiba-tiba saja seseorang diantara kami muncul dengan ekspresi polos nan optimis ala Spongebob, lengkap dengan gaya kedua tangan yang merentang membuat lingkaran besar.

Entah kenapa saat sedang mandek atau buntu, kutipan Spongebob ini selalu muncul.

Guyonan lain yang biasanya muncul adalah saat menyinggung kelihaian Mr. Scrabs dalam memanfaatkan kondisi sulit. Seperti diketahui, kepiting merah berkumis sebelah ini, sangat piawai mengelola bisnisnya berjualan krabby patty.
Saat banjir, ia tak kehabisan akal. Mr. Scrab menjual krabby patty di atas perahu. Begitupun saat bersalju, dia berjualan burgernya di atas arena ice skiting. Cerdik.

Maka saat ada kendala menghadang, yang selalu saja ada, saat akan pentas, Mr. Scrab selalu muncul menginpirasi. Karena otak bisnisnya juga ia menjadi lelucon.

Ketiga, guyonan ala Spongebob yang lain adalah tentang “hari kebalikan”. Saya lupa-lupa ingat, dalam hal apa tepatnya “hari kebalikan” ini muncul menjadi guyonan. Tapi sekali atau dua kali guyonan ini pernah muncul.

Mungkin karena itu, kemarin, ketika ada seseorang berbicara Spongebob denganku, seolah ada teman lama yang menyapa. Bukan saja aku menganggapnya lucu tapi jauh dalam hatiku, aku merasakan sentakan. Keakraban yang mengingatkan untuk kembali mempercayai sesuatu yang dulu dekat di hatiku.

Salam kangen semuanya..

Jakarta, 17 Oktober 2011
Di sela-sela kejaran deadline.

Bambang Trismawan


*end*

5 Responses to “Spongebob dan Rindu”

  1. PERTAMAX diamanken!! šŸ˜‰

    wah baca ini jada #galau ayo kumpul2 maneh rek… šŸ˜

  2. I’m with you brader…

    Patrick.

  3. Dgn kalian aq merasa very something šŸ˜€
    *kangenteaterlangit

  4. iNi TuL1c4n yG gUgh B3rMutuH !?!?!? m4c4 w3 DbL4ng 4L4y !!!

Leave a comment